NUSAKAMBANGAN, KANAL BANYUMASAN – Nusakambangan selain terkenal dengan Pulau Pemasyarakatan karena banyaknya UPT Pemasyarakatan di dalamnya, juga terkenal dengan keanekaragaman flora dan faunanya.
Dari mulai Bunga Wijayakusuma, Macan Kumbang, Macan Tutul, Biawak, hingga legenda Kuwuk.
Wilayah Nusakambangan yang sebagian besar masih berupa hutan, merupakan lokasi yang sangat ideal sebagai lokasi untuk mengamati proses rantai makanan.
Hal ini dapat dilihat pula di area sekitar Balai Pemasyarakatan Kelas II Nusakambangan, dimana halaman belakang dan samping Bapas masih merupakan hutan luas yang terjadi secara alami.
Proses makan-memakan secara alami terjadi di sekitar Bapas, buah-buahan hutan yang dimakan burung, burung yang dimakan monyet, monyet dimakan anjing, hingga matinya tumbuhan, burung, anjing, dan makhluk lain yang kemudian “dibersihkan” dan diurai untuk akhirnya kembali menjadi pupuk untuk tanaman baru.
BSF (Black Soldier Fly) atau dalam Bahasa Indonesia lalat tentara hitam, merupakan bagian penting dalam siklus hutan Nusakambangan ygn berfungsi sebagai agen pembersih.
Berbeda dengan spesies lalat lain yang menyebarkan penyakit seperti lalat hijau, lalat rumah, BSF (baik bentuk dewasa maupun bentuk larva) tidak dianggap sebagai hama maupun pembawa (vektor).
Larva lalat tentara hitam (maggot) memainkan peran yang mirip dengan cacing merah sebagai pengurai penting dalam menghancurkan sisa-sisa organik dan mengembalikan nutrisi ke tanah.
Larva memiliki nafsu makan yang rakus dan dapat dengan cepat mengkonsumsi bahan organik. Dalam 1 hari (24 jam) 1 kilogram maggot dapat mengurai bahan organik sampai 1 kilogram.
Dilihat dari kemampuan maggot BSF untuk membersihkan Nusakambangan, maggot juga sangat berpotensi apabila digunakan untuk mengurai sampah organik di lingkungan perkotaan.
Selain kecepatan pemprosesan sampah yang susah ditandingi, potensi lain dari maggot yang tidak kalah penting adalah fisik maggot itu sendiri.
Tampilkan Semua
Komentar