CILACAP, KANAL BANYUMASAN – Selama Pandemi Covid-19 aktivitas Work from Home (WFH) semakin sering dilakukan. WFH tak jarang mengaburkan batasan antara ranah personal dengan ranah pekerjaan.
Load pekerjaan yang tinggi dan deadline yang mepet megharuskan pegawai untuk bekerja hingga larut malam serta di akhir minggu.
Hal tersebut dapat pula terjadi di lingkungan pekerjaan Pembimbing Kemasyarakatan (PK). Pekerjaan melayani masyarakat dalam pendampingan, pengawasan, pembimbingan, dan penelitian klien cenderung menyita jam kerja yang panjang.
Tanpa manajemen waktu yang baik, kerja berlebihan dapat mengakibatkan stress dan burnout.
Burnout adalah kondisi kronis yang terjadi karena stres kerja sehari-hari yang berdampak pada pegawai. Burnout dapat berupa kelelahan emosional, fisik, mental, dan penurunan pencapaian pribadi.
Bila diabaikan dapat mengakibatkan penyakit jantung koroner, tekanan darah tinggi, kepuasan kerja rendah, dan kurangnya komitmen pegawai.
Berikut 3 strategi mengatasi burnout :
1. Problem-centered : berurusan langsung dengan penyebab burnout, mendelegasikan beberapa tanggung jawabnya, berbicara dengan atasannya tentang pengurangan kerja, atau menggunakan teknik manajemen waktu.
2. Appraisal-centered : melibatkan perubahan cara berpikir tentang situasi yang penuh tekanan, meyakinkan diri sendiri bahwa kita perlu bekerja keras untuk meningkatkan pencapaian diri.
3. Emotion-centered : berurusan dengan hasil perasaan negatif oleh burnout, menggunakan teknik relaksasi yang dirancang untuk melepaskan ketegangan terkait pekerjaan seperti meditasi dan mendengarkan musik yang menenangkan.
Sepertinya strategi problem centered menjadi pendekatan yang paling efektif dalam mengatasi burnout. Bukankah begitu?!
Komentar